Kesuksesan belajar seseorang ditentukan dari
3 faktor :
1. Siswa pembelajar
Seorang pembelajar
hendaknya memiliki keinginan kuat untuk memperoleh ilmu dan wawasan, dan
semangat juang yang tinggi meraih prestasi. Rendahnya motivasi seseorang sangat
mendukung pada kualitas pemahaman dan hasil yang diperolehnya. Sukses seoarang
siswa pembelajar juga dikarenakan kemampuannya mengoptimalkan potensi
auditorial, visual dan kinestetiknya dalam belajar. Jika tidak keseluruhan
potensinya dioptimalkan sangat mungkin berdampak pada tingkat penyerapan
informasi pada akalnya. (lihat table)
Kita belajar
|
Persentase
pemahaman
|
Dari apa yang
dibaca
|
10
|
Dari apa yang
didengar
|
20
|
Dari apa yang
dilihat
|
30
|
Dari apa yang
dilihat dan didengar
|
50
|
Dari apa yang
dikatakan
|
70
|
Dari apa yang
dikatakan dan dilakukan
|
90
|
Sumber
: Quantum Learning
2. Guru pengajar, trainer,
guru, dosen
Seorang guru sangatberperan
penting terhadap suksesnya siswa dalam memahami informasi yang disampaikannya. Ada
beberapa hal terkait dengan kemampuan mengajar seorang guru :
- Dalam perubahan cara pandang
- Misalnya, bagaimana menempatkan siswa bukanlah sebagai gelas kosong, tapi bibit unggul yang beraneka ragam. Sekolah bukan pabrik, tapi sebuah komunitas. Setiap kecerdasan penting dan perlu dikembangkan sebaik mungkin. Pendidikan di sekolah tidak hanya kegiatan pengalihan pengetahuan, tapi juga seluruh suasana, proses, ketauladanan, yang mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung perkembangan potensi insani seseorang.
- Suasana
- Formal mekanistik perlu diubah menjadi suasana informal, hangat dan menggembirakan atau dikenal dengan istilah fun learning. Dari suasana yang cenderung menghukum menjadi suasana yang apresiatif; dari yang eksklusif dan homogen menjadi inklusif dan heterogen. Dari ketegangan menjadi kegembiraan.
- Proses
- Belajar yang berpusat pada pengajar, pun perlu diubah menjadi lebih berpusat pada siswa. Dari one way communication menjadi two way communication. Proses belajar yang individual menjadi proses belajar dalam tim secara seimbang. Proses belajar yang mekanik menjadi proses belajar yang menggugah, memberi inspirasi. Proses belajar tidak hanya mengembangkan kemampuan, tapi juga mencerahkan atau mengembangkan kesadaran baru, membangun keyakinan, dan mengembangkan sikap. Dituntut untuk setiap guru mengajar memenuhi 3 aspek ; kognitif (wawasan), psychomotoric (skill keterampilan), dan afektif (perubahan sikap, prilaku). Proses belajar juga tidak hanya melalui pemahaman, penghapalan, dan analisis, namun juga melalui observasi, imajinasi, eksplorasi, dan refleksi. Proses belajar tidak hanya menekankan pada materi pelajaran, tapi juga proses yang menekankan 'belajar bagaimana belajar'. Proses belajar yang mengisolasi satu kecerdasan dari kecerdasan yang lain diubah menjadi proses belajar yang mengembangkan semua kecerdasan secara simultan.
- Peran
- Guru dan kepala sekolah pun perlu diubah. Yakni, bagaimana kepala sekolah dan guru sebagai pemimpin transformasional, pembangun komunitas, dan pembelajar prima.
3. Lingkungan
Lingkungan tempat melakukan proses belajar mengajar hendaknya memenuhi
criteria :
- Ketenangan dan Nyaman
Hal ini membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, baik antara murid dan
guru atau dengan pihak sekolah lainnya. Bagaimana mewujudkan lingkungan yang
asri, sejuk, penuh dengan suplai oksigen, dan tenang jauh dari kebisingan.
- Lengkap sarana dan prasarana
Dukungan sarana dan prasarana sangat penting bagi kesuksesan pembelajar
dalam menyerap informasi yang disampaikan oleh seorang guru. Hendaknya dukungan
sarana memenuhi 3 aspek gaya belajar siswa yaitu :
a.
Auditorial : suara yang jelas, dukungan soundsystem yang memadai, dll
b.
Visual : Lcd, televisi, vcd pembelajaran yang memvisualisaskan informasi
dll
c.
Kinestetik : model yang dapat dilihat dan sentuh atau rasa,dll
- Positif
Bagaimana suasana lingkungan menumbuhkan nilai- nilai positif, semangat,
peduli sesame, interaktif antar murid atau murid dengan guru.
Ditulis ulang Oleh Buyung Ristyono, S.T.
Referensi :
- Kutipan dari Portal Duniaguru, 27 desember 2007, Prof Dr Gede Raka, guru besar Institut Teknologi Bandung (ITB)
- Catatan pribadi