San Fransisco, AS - Awal Oktober nanti akan menjadi
peringatan setahun mantan CEO Apple Steve Jobs meninggal dunia. Walau sudah
satu tahun berlalu, masih banyak kisah inspiratif yang bisa diambil dari
mendiang Jobs. Salah satunya adalah beberapa keputusannya, saat kembali ke
Apple, perusahaan yang dibangunnya bersama Steve Wozniak.
Seperti diketahui, tahun 1996 Apple mengumumkan bahwa mereka membeli perusahaan
bernama NeXT senilai USD429 juta, yang membawa Jobs kembali ke perusahaan yang
dirintisnya tersebut. Ia secara resmi menjabat sebagai CEO interim Apple
setelah Gil Aelion diturunkan secara de facto.
Tugas Jobs saat itu cukup berat, menstabilkan kas keuangan Apple yang mengalami
masa suram karena terus-terusan mengalami kerugiaan.
Walau sudah 15 tahun berlalu, skenario Apple dalam mengambil keputusan yang
bahkan cenderung kejam membuahkan hasil positif. Apple makin dikenal seantero
dunia karena produknya yang fenomenal dan mahal. Desainnya yang berbeda membuat
Apple sukses besar hingga sekarang.
Berikut adalah 7 keputusan yang diambil oleh Steve Jobs dalam rangka
menyelamatkan Apple, seperti
detikINET rangkum dari MacWorld, Kamis
(20/9/2012).
1. Mengambil kendali
Keputusan yang paling penting dibuat Steve Jobs adalah
mengambil kendali dari Apple secara penuh.
Setelah pembelian NeXT pada akhir 1996, kemudian CEO Apple Gil Amelio membawa
Jobs sebagai penasihat khusus pada bulan Januari 1997. Jobs bisa saja hanya
memberikan saran dan tetap berada di belakang layar. Namun tentu saja, itu
bukan sifatnya. Jobs dengan cepat meyakinkan dewan direksi Apple untuk
menggulingkan Amelio. Itu tidak lama sebelum Jobs mencalonkan diri sebagai
pengganti potensial. Dewan setuju, dan Jobs kembali memegang kendali.
2. Pemangkasan karyawan
Sebelum Jobs kembali ke Apple, perusahaan itu memproduksi
puluhan desktop Macintosh yang berbeda, laptop, dan server dengan banyak
variasi. Perusahaan juga menghasilkan printer, kamera digital, dan barang-barang
pendukung lainnya, beberapa yang membuat keuntungan tapi tidak jarang yang
malah membebani perusahaan.
Pada akhirnya, Jobs menghentikan proyek mubazir tersebut memecat lebih dari 70%
dari dividi hardware Apple dan produk perangkat lunak. Yang paling terkenal,
dia membatalkan PDA Newton , yang masih menjadi keputusan kontroversia beberapa
hari setelahnya.
Penghentian sejumlah proyek produk mengakibatkan PHK lebih dari 3.000 karyawan
selama tahun pertama Jobs sebagai iCEO.
3. Bersih-bersih 'rumah'
Pada tahun 1996, sebagian besar anggota Dewan Direksi Apple
telah difokuskan pada bagaimana mereka bisa menghasilkan produk Apple dan
menjualnya kepada penawar tertinggi. Sekembalinya Jobs, dia tahu membutuhkan
sebuah direksi dengan sikap yang lebih positif dan loyalitas yang lebih
kepadanya sebagai seorang pemimpin.
Dalam beberapa minggu, Jobs berhasil memaksa pengunduran diri sebagian besar
anggota dewan Apple, termasuk mantan CEO Mike Markkula.
Jobs juga melakukan restrukturisasi Apple sebagai sebuah perusahaan, dengan
menyederhanakan sejumlah divisi menjadi beberapa bagian saja mulai departemen
untuk pemasaran, penjualan, manufaktur, dan keuangan.
Sebelum Jobs menjadi iCEO, ia meyakinkan Gil Amelio untuk menempatkan karyawan
penting NeXT dalam posisi yang berpengaruh di Apple. Paling menonjol adalah
pengangkatan Avie Tevanian--otak di balik OS X-- Apple Senior VP of Software
Engineering pada Februari 1997, dan Jon Rubinstein , yang bergabung sebagai VP
of Hardware Engineering
Tak lama kemudian, Jobs telah mengangkat berbagai veteran NeXT dan lainnya
sebagai karyawan dengan posisi startegis. Selain kemampuannya, syarat lain yang
harus dimiliki oleh karyawan baru dibajak itu adalah oyal kepada CEO baru.
4. Melarang berbicara ke Media
Di bawah Gil Amelio, bocornya sejumlah informasi ke media
disengaja dari karyawan Apple menjadi hal yang sering terjadi. Tidak lama
setelah menerima posisi CEO Interim, Jobs menerapkan larangan total pada
karyawan Apple berbicara kepada pers.
Selama bertahun-tahun, tidak ada kebijakan informasi ke pers Jobs memberikan
efek yang menciptakan tabir kerahasiaan yang ketat, ketegangan, dan kejutan
yang menyertai pengumuman produk Apple. Dengan mengatur secara ketat arus
informasi keluar dari Apple, Jobs membuat media teknologi di telapak tangannya.
5. Tebar kebencian & Berdamai dengan Microsoft
Selama masa pertamanya di Apple, Steve Jobs menggambarkan
pertempuran untuk pasar PC sebagai konflik langsung antara Apple dan IBM,
termasuk ke raksasa software Microsoft. Permusuhan ala Jobs inilah kemudian
menjadi bumbu-bumbu kehadiran Apple saat itu.
Permusuhan antara
underdog Apple dan pemimpin pasar Microsoft sudah
terjadi sejak tahun 1985, bahkan ketika Jobs mengundurkan diri dari Apple.
Perang urat syaraf menjadi bagian dari budaya Apple yang terwujud sebagai
kebencian yang mendalam untuk semuanya produk Microsoft atau Windows Intel
Wintel.
Walaupun pada tahun 1996, Jobs telah harus mengakui bahwa perang sudah berakhir
di PC desktop, Microsoft telah menang. Itu kontraproduktif, bila berpikir Jobs
akan menghabiskan uang dan energi untuk bertempur melawan Microsoft yang tidak
bisa dimenangkan? Tidak, Apple sengaja membangun hubungan harmonis ini untuk
suatu kepentingan jangka panjang.
Hasilnya dalam sebuah kesepakatan lintas-lisensi paten, Microsoft berjanji
untuk mengabdikan tenaga signifikan untuk mengembangkan versi baru dari Office
dan Internet Explorer untuk Macintosh setidaknya selama lima tahun.
Microsoft juga sepakat untuk membeli saham Apple, yang diasuransikan
kepentingan dalam keberhasilan Apple. Sebagai imbalannya, Apple juga setuju
untuk membuat Internet Explorer sebagai browser default untuk Mac OS selama
lima tahun.
Ini kesepakatan terkenal yang diumumkan oleh Jobs di Boston Macworld 1997
(menampilkan Bill Gates pada layar di belakangnya), dan merupakan bagian dari
daya tarik publik dan penggemar Mac.
6. Membunuh metode lisensi
Pada tahun 1994, Apple menawarkan lisensi Mac OS ke beberapa
vendor yang membayar Apple US80 per mesin untuk menggunakan sistem operasi.
Cara jualan ini terjadi dalam beberapa tahun ini, menjadi jelas bahwa ini bukan
ide yang bagus.
Pasalnya para mitra itu justru menjadi kanibalisme bagi produk Apple.
Jadi, ketika Jobs kembali ke Apple, ia tahu program melisensikan OS Mac harus
dibuang. Dia menolak untuk lisensi Mac OS 8 kepada vendor saat dirilis pada
tahun 1997, sehingga secara efektif mengakhiri program tersebut.
Jobs sangat percaya dalam mengendalikan pengalaman mengenai totalitas pengguna
dari perangkat keras ke perangkat lunak, dan itu tidak bisa dicapai jika
akhirnya hardware keluar dari tangan Apple.
7. Mempercayai Jonathan Ive
Ketika Steve Jobs kembali ke Apple pada tahun 1996, Jonathan
Ive sudah menjadi kepala tim desain perusahaan. Dia berpikir untuk berhenti,
pada kenyataannya ia terus meminta Ive untuk bertahan.
Pada awalnya, Jobs hubungan keduannya tidak ada yang istimwa, sampai suatu saat
Ive dan Jobs segera menjadi akrab dan menjadi teman akrab. Mereka menemukan
kebersamaan dan eratnya hubungan mereka menjadi elemen kunci dari filosofi desain
mereka.
Dan hasilnya bisa dilihat sampai saat ini, dimana produk Apple tidak hanya
mengandalkan teknologi terdepan namun juga desain yang selalu menjadi
trendsetter.
Susetyo
Dwi Prihadi -
detikinet